Sukses SIMFes 2010, Sawahlunto Siap Helat SIMFes 2011
Oleh: Ria Febrina
Senin, 06 Desember 2010 | 07:49:00 WIB
Sukses SIMFes 2010, Sawahlunto Siap Helat SIMFes 2011: Walikota Sawahlunto menutup SIMFes 2010 (foto: dok. inioke)
Sawahlunto International Music Festival 2010 sukses diselenggarakan sampai malam penutupan
, pada 5 Desember 2010, kemarin. Walikota Sawahlunto, Bapak Amran Nur sangat puas, bahkan bangga dengan iven SIMFes, yang mampu menyulap kota Belanda kecil, Sawahlunto, menjadi kota yang menorehkan sejarah pertama kalinya di Sumatera Barat untuk menyelenggarakan festival musik etnik. Tak tanggung-tanggung, Amran Nur telah menyatakan bahwa Sawahlunto siap menghelat SIMFes 2011.
Kesiapan Sawahlunto untuk menggelar SIMFes 2011 ini, bahkan sudah dinyatakan sejak pembukaan SIMFes 2010. DPRD Sawahlunto sudah menyetujui anggaran penyelenggaran SIMFes 2011. Artinya, mereka menyatakan bahwa ide penyelenggaran Sawahlunto International Music Festival telah memberikan inspirasi baru untuk memperkenalkan Sawahlunto kepada dunia.
Inspirasi ini rupanya juga dirasakan oleh para peserta SIMFes 2010. Keroncong Toegoe, kelompok musik etnik Jakarta, yang terkesima dengan kota kecil Sawahlunto, menyatakannya dengan menggubah lirik lagu Old Batavia menjadi Old Sawahlunto. Dalam lirik lagu tersebut, tempat wisata fisik dan kuliner menjadi bagian dalam lirik Old Sawahlunto tersebut.
Andre, salah satu anggota kelompok musik etnik Keroncong Toegoe pun menyatakan bahwa Keroncong Toegoe sudah jatuh cinta dengan kota Sawahlunto. Kota tua yang bersejarah. Bersama teman-teman lainnya, mereka pun berjanji akan datang kembali pada perheletan SIMFes 2010, meski nantinya tak lagi menjadi peserta.
Menanggapi hal ini, walikota Sawahlunto, Amran Nur, menyambut hangat. Bahkan, melalui kurator SIMfes, Edi Utama, mereka sudah menggagas konsep bahwa peserta SIMFes 2010 akan diundang kembali pada SIMFes 2011 sebagai tamu spesial.
Ide ini, bagi Edi Utama, adalah pencapaian yang baik bahwa SIMFes 2010 dihelat dengan sukses di Sawahlunto, dan sampai acara berakhir, baik para peserta, penonton, tamu undangan, dan bapak walikota sendiri, puas dengan iven Sawahlunto International Music Festival yang mampu mengangkat nama Sawahlunto sampai ke tingkat international.
Kepuasan atas suksesnya SIMFes 2010 ini tampak dari sikap walikota Sawahlunto pada pertunjukkan Jam Session, yang menampilkan kolaborasi peserta SIMFes 2010 secara bersamaan dengan alat musik etnik milik mereka. Bersama sang istri, ia berdiri mengacungkan jempol dan tepuk tangan untuk Edi Utama dan Hitruf Codes, kurator SIMFes 2010.
Bagi Edi Utama, untuk mengawali SIMFes, ini pencapaian yang bagus, namun tak berarti membuatnya cepat puas. Dalam pengamatan selama berjalannya SIMFes, telah ada ide baru untuk menghelat SIMFes 2011.
Penonton tertib dan Walikota Hadir Sampai Acara Usai
Ada yang menyentuh dari penyelenggaraan SIMFes 2010. Walikota Sawahlunto, Amran Nur, turut hadir menyaksikan rangkaian pertunjukan acara SIMFes sampai larut malam, sampai pertunjukan tersebut dinyatakan usai.
Pada malam pertama, Bapak Amran NUr beserta ibu menonton sampai selesai pertunjukan pembukaan SIMFes 2010. Begitu pula dengan malam kedua dan ketiga. Ia menyaksikan sampai selesai rangkaian acara SIMFes, meski waktu telah menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
Sesungguhnya, sikap ini tidak luar biasa, hanya saja sebagai bagian dari pejabat Sumatera Barat, Amran Nur memiliki apresiasi tinggi untuk iven seni dan budaya. Sebab, selama ini, tak banyak pejabat yang mau menyaksikan iven seni budaya sampai selesai. Justru pada beberapa kondisi, bagi pejabat iven seni budaya tak menjadi prioritas. Hal tersebut tampak dari perwakilan-perwakilan yang datang untuk menggantikan pihak yang dinantikan akan membuka berbagai iven seni dan budaya di Sumatera Barat.
Tak hanya itu, sejak SIMFes digelar, para penonton, yang terdiri dari masyarakat Sawahlunto dan masyarakat luar Sawahlunto menyaksikan dengan tertib pertunjukan demi pertunjukan selama SIMFes 2010 diselenggarakan. Tak ada yang tampak berseliweran. Tak ada yang membuat kegaduhan. Bahkan, para penonton dengan setia duduk di tempatnya sebelum acara dimulai, dan tak meninggalkan tempat duduk sampai lampu pertunjukan redup, pertanda pertunjukan akhir telah selesai.
Ini juga menjadi penilaian baik bagi walikota sawahlunto, sebab inilah kali pertama masyarakat Sawahlunto mampu menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap iven budaya yang diselenggarakan di kota mereka.
Singkatnya, Sawahlunto memang telah siap untuk Sawahlunto International Music Festival 2011. Hanya saja, sebagai iven pertama, masih perlu promosi yang lebih gencar lagi; perlu juga lebih banyak peserta dari berbagai negara di dunia, setidaknya ada perwakilan dari seluruh benua di dunia, dan yang paling utama adalah konsep yang unik, yang menawarkan ide baru untuk SIMFes 2011. Sehingga nantinya, ada yang dirasakan berbeda, sebab dari waktu ke waktu, SIMFes semakin unik, dan mampu memikat lebih banyak pengunjung dari luar kota Sawahlunto. (*)
, pada 5 Desember 2010, kemarin. Walikota Sawahlunto, Bapak Amran Nur sangat puas, bahkan bangga dengan iven SIMFes, yang mampu menyulap kota Belanda kecil, Sawahlunto, menjadi kota yang menorehkan sejarah pertama kalinya di Sumatera Barat untuk menyelenggarakan festival musik etnik. Tak tanggung-tanggung, Amran Nur telah menyatakan bahwa Sawahlunto siap menghelat SIMFes 2011.
Kesiapan Sawahlunto untuk menggelar SIMFes 2011 ini, bahkan sudah dinyatakan sejak pembukaan SIMFes 2010. DPRD Sawahlunto sudah menyetujui anggaran penyelenggaran SIMFes 2011. Artinya, mereka menyatakan bahwa ide penyelenggaran Sawahlunto International Music Festival telah memberikan inspirasi baru untuk memperkenalkan Sawahlunto kepada dunia.
Inspirasi ini rupanya juga dirasakan oleh para peserta SIMFes 2010. Keroncong Toegoe, kelompok musik etnik Jakarta, yang terkesima dengan kota kecil Sawahlunto, menyatakannya dengan menggubah lirik lagu Old Batavia menjadi Old Sawahlunto. Dalam lirik lagu tersebut, tempat wisata fisik dan kuliner menjadi bagian dalam lirik Old Sawahlunto tersebut.
Andre, salah satu anggota kelompok musik etnik Keroncong Toegoe pun menyatakan bahwa Keroncong Toegoe sudah jatuh cinta dengan kota Sawahlunto. Kota tua yang bersejarah. Bersama teman-teman lainnya, mereka pun berjanji akan datang kembali pada perheletan SIMFes 2010, meski nantinya tak lagi menjadi peserta.
Menanggapi hal ini, walikota Sawahlunto, Amran Nur, menyambut hangat. Bahkan, melalui kurator SIMfes, Edi Utama, mereka sudah menggagas konsep bahwa peserta SIMFes 2010 akan diundang kembali pada SIMFes 2011 sebagai tamu spesial.
Ide ini, bagi Edi Utama, adalah pencapaian yang baik bahwa SIMFes 2010 dihelat dengan sukses di Sawahlunto, dan sampai acara berakhir, baik para peserta, penonton, tamu undangan, dan bapak walikota sendiri, puas dengan iven Sawahlunto International Music Festival yang mampu mengangkat nama Sawahlunto sampai ke tingkat international.
Kepuasan atas suksesnya SIMFes 2010 ini tampak dari sikap walikota Sawahlunto pada pertunjukkan Jam Session, yang menampilkan kolaborasi peserta SIMFes 2010 secara bersamaan dengan alat musik etnik milik mereka. Bersama sang istri, ia berdiri mengacungkan jempol dan tepuk tangan untuk Edi Utama dan Hitruf Codes, kurator SIMFes 2010.
Bagi Edi Utama, untuk mengawali SIMFes, ini pencapaian yang bagus, namun tak berarti membuatnya cepat puas. Dalam pengamatan selama berjalannya SIMFes, telah ada ide baru untuk menghelat SIMFes 2011.
Penonton tertib dan Walikota Hadir Sampai Acara Usai
Ada yang menyentuh dari penyelenggaraan SIMFes 2010. Walikota Sawahlunto, Amran Nur, turut hadir menyaksikan rangkaian pertunjukan acara SIMFes sampai larut malam, sampai pertunjukan tersebut dinyatakan usai.
Pada malam pertama, Bapak Amran NUr beserta ibu menonton sampai selesai pertunjukan pembukaan SIMFes 2010. Begitu pula dengan malam kedua dan ketiga. Ia menyaksikan sampai selesai rangkaian acara SIMFes, meski waktu telah menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
Sesungguhnya, sikap ini tidak luar biasa, hanya saja sebagai bagian dari pejabat Sumatera Barat, Amran Nur memiliki apresiasi tinggi untuk iven seni dan budaya. Sebab, selama ini, tak banyak pejabat yang mau menyaksikan iven seni budaya sampai selesai. Justru pada beberapa kondisi, bagi pejabat iven seni budaya tak menjadi prioritas. Hal tersebut tampak dari perwakilan-perwakilan yang datang untuk menggantikan pihak yang dinantikan akan membuka berbagai iven seni dan budaya di Sumatera Barat.
Tak hanya itu, sejak SIMFes digelar, para penonton, yang terdiri dari masyarakat Sawahlunto dan masyarakat luar Sawahlunto menyaksikan dengan tertib pertunjukan demi pertunjukan selama SIMFes 2010 diselenggarakan. Tak ada yang tampak berseliweran. Tak ada yang membuat kegaduhan. Bahkan, para penonton dengan setia duduk di tempatnya sebelum acara dimulai, dan tak meninggalkan tempat duduk sampai lampu pertunjukan redup, pertanda pertunjukan akhir telah selesai.
Ini juga menjadi penilaian baik bagi walikota sawahlunto, sebab inilah kali pertama masyarakat Sawahlunto mampu menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap iven budaya yang diselenggarakan di kota mereka.
Singkatnya, Sawahlunto memang telah siap untuk Sawahlunto International Music Festival 2011. Hanya saja, sebagai iven pertama, masih perlu promosi yang lebih gencar lagi; perlu juga lebih banyak peserta dari berbagai negara di dunia, setidaknya ada perwakilan dari seluruh benua di dunia, dan yang paling utama adalah konsep yang unik, yang menawarkan ide baru untuk SIMFes 2011. Sehingga nantinya, ada yang dirasakan berbeda, sebab dari waktu ke waktu, SIMFes semakin unik, dan mampu memikat lebih banyak pengunjung dari luar kota Sawahlunto. (*)
original post disini
0 komentar:
Posting Komentar