SIMFes 2011

03/06/11

Museum Gudang Ransum

replika orang rantai

Sawahlunto, kota satelit yang berada tepat dijantung pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat adalah saksi sejarah kemajuan Industri tempo doeloe. Kota nan unik. Unik dalam arti sosial, budaya, kultur bahkan pemerintahan.
Betapa tidak, secara social, budaya dan kultur karakter masyarakat di kota ini sangat multi etnik. Hal ini di topang oleh sangat beragamnya unsure budaya dan etnik baik Minang, Jawa, Batak, Tionghoa, dan lain sebagainya. Dari segi pemerintahan, di Kota ini juga sangat unik. Di Sawahlunto ini masih ada pemerintahan desa, nagari dan Kelurahan. Mungkin inilah satu-satunya kota di Sumatera Barat yang masih memiliki desa di daerahnya. Memang sangat unik.
Semua keunikan itu sebenarnya berawal dari sejarah hadirnya kota ini yang tidak terlepas dari ditemukannya batu bara dan hadirnya Kereta Api. Inilah yang menjadi cikal bakal menjadikan daerah yang dulunya hanya persawahan yang di kelilingi pebukitan berubah menjadi sebuah kota yang sangat maju di era abad 18 dan 19 an.
Hingga sekarang, saksi sejarah yang membuktikan hal ini hingga kini masih ada. Salah satunya 
Museum Goedang Ransoem
Museum gudang ransum di sawahluntoMuseum Goedang Ransoem didirikan pada tahun 1918. Dulunya Museum ini dibangun untuk dijadikanDapur Umum, tempat memasak untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi Pekerja Rantai(sebutan bagi tahanan Belanda yg di jadikan pekerja paksa). Pada saat Dapur Umum ini dibangun, Pemerintah Kolonial sudah memanfaatkan kemajuan teknologi. Untuk memasak dengan jumlah banyak telah digunakan teknologi uap panas.

Selain dapur untuk memasak, terdapat juga beberapa bangunan yang memiliki fungsi lain. Bangunan-bangunan yang ada di tempat tersebut terdiri dari:
- Bangunan Utama (Dapur Umum)
- Gudang persediaan bahan mentah dan padi
- Steam Generator (Tungku Pembakaran) buatan Jerman tahun 1894
- Menara cerobong asap
- Pabrik es batangan
- Klinik kesehatan
- Kantor Koperasi
- Heuler (Penggilingan padi)
- Rumah kepala ransum
- Rumah karyawan
- Pos penjaga
- Rumah Jagal hewan
- Rumah Hunian kepala rumah potong hewan

Kegiatan memasak pada Dapur Umum tersebut dapat dikatakan dalam skala besar. Setiap harinya dari Dapur Umum ini rata-rata dihasilkan nasi yang diolah dari 65 pikul beras. Dengan demikian dapat dipastikan Dapur Umum mampu melayani kebutuhan makan bagi ribuan orang. Untuk itu semua peralatan masak yang digunakan mempunyai ukuran relatif besar. Diameter periuk pemasak nasi dan sayur yang digunakan adalah 124 - 148 cm dengan tinggi 60 - 70 cm dan ketebalannya mencapai 1,2 cm.

Sejak tahun 1945 Dapur Umum tidak lagi efektif sebagai penyedia kebutuhan makanan bagi pegawai tambang. Pada tahun tersebut tempat itu diambil alih oleh tentara pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Dapur Umum digunakan untuk memasak makanan yang diperuntukkan bagi Tentara Kedaulatan Republik Indonesia (TKRI). Kemudian pada tahun 1948 Dapur Umum kembali beralih fungsi. Seiring kedatangan kembali Belanda ke Indonesia, Dapur Umum dipergunakan untuk memasak makanan bagi tentara Belanda. Aktifitas memasak yang terjadi di Dapur Umum mulai berhenti sejak tahun 1950 hingga sekarang. Berbagai perubahan fungsi telah dilalui di Dapur Umum seperti :
- 1950 s/d 1960 dimanfaatkan sebagai penyelenggaraan Administari PT. BO
- 1960 s/d 1970 dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan formal setingkat SMP.
- 1970 s/d 2005 difungsikan sebagai hunian karyawan tambang.

Melihat latar belakangnya, bekas Dapur Umum tersebut begitu banyak menyimpan sejarah perjalanan Kota Sawahlunto. Seiring visi dan misi Pemerintah Daerah yang mencanangkan, bahwa pada tahun 2020 "Sawahlunto menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya", maka bekas Dapur Umum ini ditetapkan menjadi sebuah Museum. Kemudian pada tanggal 17 Desember 2005 bekas Dapur Umum diresmikan menjadi Museum Gudang Ransum oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak M. Jusuf Kalla.

Foto1: Tampak depan Museum Goedang Ransoem atau Dapur Umum untuk ribuan pekerja yang dikenal juga sebagai 'orang rantai'.

Memasuki pintu Museum, pengunjung dihadapkan dengan kata-kata yang penuh makna ini, terpampang cukup besar

Foto2: Kota Sawah Lunto punya Grand Strategy hingga Tahun 2020 untuk menjadi Kota Wisata Tambang. Banner ini terpampang disebelah kiri setelah pintu masuk Museum


Foto3: Periuk Nasi Raksasa yang digunakan untuk memasak nasi dalam jumlah besar buat para pekerja tambang batu bara


Foto4: Beberapa Kuali Raksasa yang dipajang ditengah ruangan Museum


Foto5: Langsang, salah satu alat untuk memasak Nasi


Foto6: Pedati, luar biasa...!! jujur saya sendirri bellum pernah melihat pedati,.. hahahaaha


Foto7: Beberapa contoh peralatan yang digunakan oleh pekerja tambang


Foto8: Kompresor yang dipajang didinding sebelah kiri


Foto9: Dibawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong untuk mengalirkan uap panas ke 20 buah tungku.


Foto10: Tungku Pembakaran yang tingginya lebih dari 4 meter berada dibelakang Gudang Ransum


Foto11: Tampak dalam Gudang Ransum



Sumber : http://awalblogsaya.blogspot.com/2011/03/gudang-ransum-saksi-sejarah-orang.html

0 komentar:

Posting Komentar

lirik lagu minang TOKO UNIK SIMFes 2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More