Selasa, 23 November 2010 08:17
Desember tahun ini dijamin akan menjadi Desember terindah di Sawahlunto. Karena sejumlah musisi baik dari dalam negeri maupun dari berbagai
benua asia, afrika bahkan eropa akan hadir di Sawahlunto untuk mempersembahkan melodi terindah dan terunik di dunia dalam festival musik etnik internasional atau SIMFes (Sawahlunto International Music Festival ) 2010. Momen unik ini akan hadir di Sawahlunto dalam memeriahkan ulangtahun kota ‘Belanda kecil’ ke 122 yang akan digelar dari tanggal 3 s/d 5 Desember 2010.
Pesona alunan musik tradisi tentunya memiliki keindahan dan keunikan tersendiri bagi pecintanya, apalagi jika moment ini disaksikan secara live di tempat yang kental dengan nuansa budaya dan sejarah masa lalu yaitu di Museum Gudang Ransum.
Menurut Edy Utama, budayawan Sumatera Barat yang berperan sebagai kurator SIMFes 2010, iven Internasional ini merupakan upaya untuk mengembangkan dialog budaya antarbangsa karena itu pada moment ini akan melibatkan berbagai musisi dari berbagai negara diantaranya Sangerel Tserevsamba asal Mongolia, Klaus der Geiger Jerman, Aly Keita asal Afrika, Mohammad Faizal dari Singapura, dan juga musisi dari Malaka. Tak kalah menarik kita juga akan menyaksikan penampilan musisi budaya asal Mentawai Togat Nusa, Talago Buni, La Gandie (ISI Padangpanjang), Komunitas Kreatif (UNP), Keroncong Toegoe (Jakarta) dan musisi-musisi tradisional lain dari Sumatera Barat termasuk dari tuan rumah Kota Arang Perkusi.
Edy Utama mengaku dirinya terilhami dari pengalamannya mengikuti festival serupa di sebuah kota kecil dekat Berlin Jerman. Edy menggambarkan kota itu memiliki kesamaan nasib dengan Sawahlunto yaitu nyaris menjadi kota mati. Namun beberapa tahun kemudian menjelma menjadi salah satu kota penyelenggara festival musik kelas dunia. Banyak bangunan dan usaha tumbuh di sana karena kunjungan wisatawan meningkat drastis. Sawahlunto pun bisa menjadi kota dunia, apalagi Sawahlunto memiliki kekayaan tak terhingga, yaitu peninggalan sejarah budaya” tutur Edy.
Menurut Walikota Sawahlunto Ir.H.Amran Nur Pemko Sawahlunto akan terus melakukan inovasi-inovasi baru untuk menggaet wisatawan, termasuk dengan menggelar SIMFes dan berbagai ivent lokal dan nasional lainnya seperti pacu kuda, pekan Muharram yang dimeriahkan dengan bazar buku, tabligh akbar dan pagelaran seni budaya. “Kita berharap ruh budaya kota Sawahlunto akan kembali hidup dan tidak menjadi kota hantu. Kita ingin kota Sawahlunto menjadi kota berkembang dan bisa menyenangkan banyak orang” ujar Amran. (Rni/humas)
Desember tahun ini dijamin akan menjadi Desember terindah di Sawahlunto. Karena sejumlah musisi baik dari dalam negeri maupun dari berbagai
benua asia, afrika bahkan eropa akan hadir di Sawahlunto untuk mempersembahkan melodi terindah dan terunik di dunia dalam festival musik etnik internasional atau SIMFes (Sawahlunto International Music Festival ) 2010. Momen unik ini akan hadir di Sawahlunto dalam memeriahkan ulangtahun kota ‘Belanda kecil’ ke 122 yang akan digelar dari tanggal 3 s/d 5 Desember 2010.
Pesona alunan musik tradisi tentunya memiliki keindahan dan keunikan tersendiri bagi pecintanya, apalagi jika moment ini disaksikan secara live di tempat yang kental dengan nuansa budaya dan sejarah masa lalu yaitu di Museum Gudang Ransum.
Menurut Edy Utama, budayawan Sumatera Barat yang berperan sebagai kurator SIMFes 2010, iven Internasional ini merupakan upaya untuk mengembangkan dialog budaya antarbangsa karena itu pada moment ini akan melibatkan berbagai musisi dari berbagai negara diantaranya Sangerel Tserevsamba asal Mongolia, Klaus der Geiger Jerman, Aly Keita asal Afrika, Mohammad Faizal dari Singapura, dan juga musisi dari Malaka. Tak kalah menarik kita juga akan menyaksikan penampilan musisi budaya asal Mentawai Togat Nusa, Talago Buni, La Gandie (ISI Padangpanjang), Komunitas Kreatif (UNP), Keroncong Toegoe (Jakarta) dan musisi-musisi tradisional lain dari Sumatera Barat termasuk dari tuan rumah Kota Arang Perkusi.
Edy Utama mengaku dirinya terilhami dari pengalamannya mengikuti festival serupa di sebuah kota kecil dekat Berlin Jerman. Edy menggambarkan kota itu memiliki kesamaan nasib dengan Sawahlunto yaitu nyaris menjadi kota mati. Namun beberapa tahun kemudian menjelma menjadi salah satu kota penyelenggara festival musik kelas dunia. Banyak bangunan dan usaha tumbuh di sana karena kunjungan wisatawan meningkat drastis. Sawahlunto pun bisa menjadi kota dunia, apalagi Sawahlunto memiliki kekayaan tak terhingga, yaitu peninggalan sejarah budaya” tutur Edy.
Menurut Walikota Sawahlunto Ir.H.Amran Nur Pemko Sawahlunto akan terus melakukan inovasi-inovasi baru untuk menggaet wisatawan, termasuk dengan menggelar SIMFes dan berbagai ivent lokal dan nasional lainnya seperti pacu kuda, pekan Muharram yang dimeriahkan dengan bazar buku, tabligh akbar dan pagelaran seni budaya. “Kita berharap ruh budaya kota Sawahlunto akan kembali hidup dan tidak menjadi kota hantu. Kita ingin kota Sawahlunto menjadi kota berkembang dan bisa menyenangkan banyak orang” ujar Amran. (Rni/humas)
ORIGINAL POST DISINI
0 komentar:
Posting Komentar